SEMBUNYIKAN AMALMU
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya
Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa
cukup dan yang suka mengasingkan diri.”[1] Mengasingkan diri berarti
amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.
Ibnul
Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri
(sehingga amalan mudah tersembunyi, pen), dan janganlah suka dengan
popularitas.”
Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”
Ibrahim An Nakho’i mengatakan, “Kami tidak suka menampakkan amalan sholih yang seharusnya disembunyikan.”
Sufyan
bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan
kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.”
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia.”
Basyr
Al Hafiy mengatakan, “Tidak selayaknya orang-orang semisal kita
menampakkan amalan sholih walaupun hanya sebesar dzarroh (semut kecil).
Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit riya’?”
Imam
Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki
amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang
mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia
akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”